Monday, April 27, 2015

Pacarku Yang Polos

By Kota Poker   Posted at  6:24 AM   Cerita No comments

Chyntia, adalah nama pacar baru gue, kita dengan sepakat menjalin komitmen untuk memiliki hubungan yang serius sejak dua minggu lalu. Gue kenal Chyntia dari perkenalan salah satu temen SMA gue dulu, yang sekarang kuliah di kampus yang sama dan masih sering bareng-bareng sampe sekarang. Sebelumnya kenalin dulu nama gue Nandry, kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta. Sedangkan Chyntia, badannya tinggi semampai, dengan kulit putih, rambut hitam panjang ikal sebahu dengan hidung mancung dan bibir tipis, bikin gue semakin bahagia punya pacar cantik seperti dia.



Kedekatan gue dengan Chyntia berlangsung singkat. Dari awal berkenalan sampai bisa jadian hanya memakan waktu kurang dari sebulan. Mungkin karena kita dikenalkan dengan teman gue itu memang untuk dicomblangin, dan kita sama-sama saling suka sejak awal, makanya tanpa basa-basi kita pun jadian.
Chyntia, yang cantik dan baik-baik ini sangat gue sayang. Jarang sekali kita bertengkar, apalagi karena hal-hal sepele, karena kita berdua punya komunikasi yang baik untuk mengutarakan maksud satu sama lain. Meski terlihat pendiam, namun didepan Gue, Chyntia pribadi yang menarik dan seru untuk diajak bicara berlama-lama.
Hubungan gue dan Chyntia tanpa terasa sudah berjalan selama enam bulan. Memang belum terlalu lama, tapi untuk ukuran gue yang lumayan playboy dan suka ganti-ganti cewek, enam bulan adalah waktu yang cukup lama untuk berpacaran dengan satu wanita saja. Ada banyak hal yang membuat gue tetap bertahan dengan Chyntia, salah satunya karena sepertinya ia bukan tipe wanita penggila sex seperti kebanyakan wanita yang pernah gue deketin dulu. Kasih sayang yang diberikan Chyntia pun terasa tulus untuk gue. Selama enam bulan pacaran, gue bahkan belum sekali pun mencium bibir Chyntia. Mungkin ini yang orang bilang cinta, pikir gue.

Waktu menunjukan pukul 11:45 malam. Kebetulan esok adalah hari ulang tahun gue, dan gue masih sibuk sendiri dengan video game yang gue mainkan di kamar. Chyntia sendiri udah pamit tidur dari jam 9 tadi. Daripada bengong sendiri, gue main game aja sampai pagi. Berhubung besok pun hari Sabtu, dan kosan sepi karena banyak yang sibuk dengan pacar atau teman masing-masing.
Saat gue sedang sibuk-sibuknya dengan video game gue, mendadak hape berbunyi yang membuat gue cukup kaget. Rupanya ada pesan masuk, dari Chyntia sepertinya.
“Sayang, selamat ulang tahun ya!”, begitu pesan singkat yang dikirimkan Chyntia tepat di pukul 12 malam.
“Begini doang nih? Kayak gak niat banget ngucapinnya...” gerutu gue dalam hati. Tanpa membalas pesan tersebut, gue lanjutkan saja permainan game gue. Sampai ada pesan masuk satu kali lagi.
“Hmm, buka pintu kosan kamu dong...” Gue mengerutkan dahi membaca pesan singkat dari Chyntia tersebut. Dengan cepat gue bangun dari duduk gue dan menuju pintu kamar.
Begitu gue buka pintu, gue dapati Chyntia sedang berdiri tersenyum sambil memegang kue dan tiga lilin menyala diatasnya. “Selamat ulang tahun, sayang.” Ucap Chyntia sambil mengecup pipi gue. Gue yang masih kaget, cuma bisa bengong. “Aku gak boleh masuk nih?” Tanya Chyntia.

“Oh iya, ayo masuk...” Ujar gue. “Ngapain sih kamu malem-malem ke sini, ngerepotin aja...”
“Ya gak apa apa dong, namanya juga pacar ulang tahun, kan setahun sekali. Hihihi...” Jawab Chyntia dengan tawa kecilnya yang manis. Setelah duduk di atas kasur gue, Chyntia mengeluarkan piring kertas dari dalam tasnya, dan segera memotong kue yang ia bawa.
“Nih kuenya, kue kesukaan kamu kan cheesecake rasa blueberry?” Kata Chyntia sambil menyodorkan kue.
Gue mengangguk sambil mengambil kue tersebut dan memakannya.
“Kamu jam segini di luar, nanti pulangnya gimana?” Tanya gue. “Kosan kamu kan jam 11 malem udah dikunci pagernya?”
“Hmm, gak tau.” Jawab Chyntia diiringi tawa renyahnya. “Kalo aku nginep disini dulu sampai nanti pagi, boleh gak?”
“Ya boleh aja sih kalau mau, aku bisa tidur di lantai aja pakai karpet.”
“Beneran? Tapi masa ada aku, kamunya malah main game?” Tanya Chyntia sambil cemberut melihat layar komputer gue yang masih menyala.

“Hehehe, ya enggak lah.” Jawab gue sambil mematikan komputer.
Chyntia pun beranjak dari kasur ke kamar mandi sambil membawa tas ransel yang ia bawa. Tidak sampai lima menit, ia keluar mengenakan kaos dan celana pendeknya untuk tidur.
Malam itu, gue habiskan dengan mengobrol banyak bersama Chyntia diiringi gelak tawa dari kami berdua. Berbagai hal kami bicarakan sambil sesekali aku merangkul Chyntia, dan ia mengecup pipi ku sesekali.
“Ngomong-ngomong, aku ulang tahun, kadonya mana?”
“Oh iya, duh,” Tampak muka Chyntia bingung. “Tadinya aku mau kasih kamu kado, sepatu, tapi aku pesan online dari minggu lalu, sampai hari ini gak sampe juga sepatunya.” Jawab Chyntia memelas.
“Maaf ya sayang ya...” Tambah Chyntia.
“Hahaha, gak apa, aku cuma becanda kok.” Jawab gue.
Chyntia lalu tertunduk diam. Gue pun merasa gak enak hati karena meminta kado. Padahal dia sudah datang malam-malam membawa kue pun sudah sangat cukup buat gue.
“Eh, kok jadi sedih. Dibilang gak apa-apa juga” Kata gue sambil mengangkat dagu Chyntia yang tertunduk.
Chyntia hanya tersenyum kecil.
“Aku punya kok kado buat kamu...” Kata Chyntia, “Tapi kamu harus tutup mata.” Pinta Chyntia.
Dengan cepat gue pun menutup mata karena penasaran dengan kado apa yang akan ia berikan.
“Sebentar ya...”
Tiba-tiba terasa sesuatu begitu lembut dan hangat menempel di bibir gue. Saat gue buka mata, ternyata Chyntia tepat ada didepan gue, memberikan ciuman pertamanya dengan pelan.

Seketika itu juga birahi gue langsung naik. Gue yang selama ini tidak menyimpan nafsu sedikitpun, mendadak punya banyak niatan setan dalam kepala gue yang masih gue coba tahan.
Ciuman dari Chyntia bertahan semakin lama dan semakin panas begitu gue coba memasukan lidah gue ke dalam mulut Chyntia. Terdengar desahan nafas Chyntia yang memberat saat gue menarik tubuhnya agar semakin dekat dengan tubuh gue. Bisa gue rasakan Chyntia berdegup kencang, begitupun gue, terasa seperti baru pertama kali melakukan hal ini meski gue sudah sering merasakannya dengan wanita sebelum Chyntia.
Meski ada sedikit keraguan, gue coba untuk meloloskan tangan gue ke dalam baju Chyntia. Gue usap pelan perut Chyntia sambil tubuhnya gue arahkan untuk tidur di kasur gue. Tangan gue pun semakin berani untuk meremas payudara Chyntia yang menyembul dari balik bra-nya. Remasan pelan gue memberi pengaruh besar bagi Chyntia. Nafasnya semakin tak beraturan, di dahinya terlihat beberapa titik air keringat. Gue tidak memedulikannya, kali ini ciuman gue turunkan ke leher. Chyntia sesekali menggelinjang karena geli namun tidak sedikitpun usaha untuk menghentikan apa yang gue lakukan.

Gue pun berusaha untuk menarik baju Chyntia ke atas dan membuka branya agar semakin leluasa menjamah tubuh Chyntia yang sintal dan putih itu. Chyntia sepertinya berpikiran yang sama dengan melepaskan baju gue. Ia langsung menyerang leher gue begitu baju gue terbuka. Gue berusaha fokus untuk terus meremas payudaranya sambil sesekali memilin putingnya yang mungil berwarna pink.
Karena nafasnya Chyntia yang semakin tidak beraturan, gue pun turun kebagian payudaranya. Gue hisap putingnya yang kiri, sambil tangan gue meremas payudaranya yang kanan. Ritme remasan lembut, dengan hisapan kuat membuat Chyntia sesekali melenguh pelan.
“Uhhh, sayang, hmm, pelan pelan sayang uhh...”
Tangan gue pun ingin menjamah lebih jauh. Celana pendek Chyntia yang longgar membuat gue leluasa untuk mengusap paha sambil sesekali mengusap selangkangan Chyntia yang tertutup celana dalam.
“Wah, udah basah nih...” Ujar gue dalam hati.
Nafsu yang semakin tak tertahankan membuat gue membuka celana Chyntia dengan cepat. Chyntia sendiri mengangkat sedikit panggulnya sebagai tanda untuk melakukannya lebih jauh.
Gue letakan tangan gue diatas vagina Chyntia yang sudah basah dari tadi. Vagina bersih tanpa bulu dengan labia pink merona yang cantik, membuat birahi gue semakin tak tertahankan.
Gue pun menciumi payudara Chyntia dan turun sedikit demi sedikit menciumi perutnya sampai ke atas vaginanya. Chyntia tidak berhenti melenguh sambil menoleh kekanan dan kekiri.

“Uhh sayang, aaahh....” Lenguh Chyntia sambil menarik rambut gue begitu lidah gue menempel di vaginanya yang harum. Gue mainkan klitorisnya dengan lidah, sambil gue masukan dua jari gue ke dalam vaginanya.
“Sayangggg.. enak uuhhh, terus sayang, terussss....” Erangan Chyntia semakin jadi. “Uhhh, aku mau keluar sayang, uuh...” Tarikan Chyntia pada rambut gue semakin kencang. Chyntia pun orgasme untuk yang pertama kalinya dengan gue. Terdengar nafasnya yang terengah-engah. Gue pun tidur disampingnya sambil melingkarkan tangan diatas perutnya.
“Uhh, sayang, kamu nakal deh...” Kata Chyntia sambil mencium bibir gue sebentar.
Gue hanya tertawa kecil.
Chyntia sepertinya mengerti bahwa gue masih belum tuntas. Tanpa diberi perintah, Chyntia kembali mencium leher gue. Namun kali ini, tangannya berusaha untuk meraih penis gue yang masih bersembunyi di dalam celana. Dengan cekatan Chyntia melepaskan celana gue, dan meremas pelan penis gue. Nikmat sekali.
“Sekarang gantian ya, kamu diem aja, aku yang kerja...” Ujar Chyntia sambil tersenyum dan pindah ke atas penis gue. Dijulurkan lidahnya di ujung penis gue sambil tangannya tetap meremas pelan.
“Hmm, iya sayang, uhh...” Lenguh gue saat penis gue masuk seluruhnya ke dalam mulut Chyntia.
Chyntia terlihat begitu menikmati penis gue, dikeluar masukannya penis gue dari dalam mulutnya sambil sesekali lidahnya memutari penis gue didalam mulutnya. Sensasi yang begitu luar biasa.
Setelah beberapa menit melakukan oral, Chyntia sedikit menaikan tubuhnya. Kali ini, ia menjepit penis gue diantara payudaranya. Gue hanya bisa takjub dengan permainan Chyntia. Tidak gue sangka, ternyata pacar gue yang selama ini gue kira pendiam bisa sangat liar diatas ranjang.
“Ahhh, enak yang, iya gitu, ahhh terus yaa ahh yang ahh....” gue benar-benar merasakan nikmat yang tiada tanding meski hanya dari payudara dan sedikit permainan lidah Chyntia di penis gue.
Gue yang sudah semakin horny karena perlakukan Chyntia pun menarik tubuhnya ke atas gue lalu membaliknya agar ia ada di bawah gue.

“Kali ini, aku masukin biar kamu yang keenakan kayak aku tadi...” Ucap gue sambil mengecup bibir Chyntia. Ia hanya tersenyum.
“Sayang, ada kondom gak? Aku gak mau ah kalau gak pake kondom...” Tanya Chyntia.
Gue hanya terdiam berusaha mengingat apakah masih ada kondom yang gue simpan. Chyntia kembali tersenyum sambil tangannya meraih tasnya yang ada di samping kasur.
“Nih, kado buat kamu yang lainnya...” Kata Chyntia manis sambil menepuk pipi gue dengan kondom berwarna hitam. Ngerti juga soal kondom pacar gue ini, dipilih yang bisa bikin tahan lama. Tau aja cewe gw kalo gw ga tahan lama .........Hmm, makin terangsang dan gak sabar gue buat nikmatin tubuh pacar gue sendiri.
“Wah, emang ini ya tujuan dan niat kamu kesini?” Tanya gue sambil meraih kondom dari tangan Chyntia.
“Iya memang, gak suka?” Tanya Chyntia meledek gue.
“Suka dong...” Jawab gue sambil memasangkan kondom ke penis gue yang masih tegang menantang.
Begitu kondom sudah terpasang, gue langsung kembali menindih Chyntia sambil mencium bibirnya. Tangan Chyntia dengan tidak sabar menuntun penis gue tepat di depan vaginanya. Dengan pelan, gue masukan penis gue sedikit demi sedikit.
“Uhh, sayanggggg...”
Chyntia terlihat sedikit terkejut diawal, mungkin karena ukuran penis gue yang memiliki diameter lumayan besar, sehingga agak sulit untuk memasukan ke vaginanya di awal.
“Hmmm, sayangg aaahh, terus sayanggg....” Chyntia melenguh kencang sambil menarik punggung gue supaya semakin dekat dengannya.

Gue naik turunkan pinggul gue pelan, gue nikmati hangat, dan kencangnya vagina Chyntia yang sedang meremas gemas penis gue di dalamnya, rasanya nikmat banget. Terlihat Chyntia sendiri menikmati sekali dari nafasnya yang kembali tidak beraturan.
Tangan Chyntia meremas seprai kasur gue setiap kali penis gue menghujam vaginanya dengan liar. Wajahnya memerah merona, keringat terlihat jelas semakin banyak di sekitar dahi dan pipinya.
“AARGGGHH, sayangggg... aku... mau keluar aarrrggghh....” Suara Chyntia semakin melengking begitu orgasmenya yang kedua ia alami.
Kali ini gue percepat genjotan penis gue ke dalam vaginanya. Semakin mendekati klimaks, semakin dalam gue hujam vagina Chyntia.

“Aku juga mau keluar sayanggggg. Sebentar lagiiii...” Saat gue menggenjot semakin kuat, secara tiba-tiba Chyntia membalikan tubuhnya agar ia di atas dan gue ada dibawahnya. Alih-alih melanjutkan genjotan gue, Chyntia melepaskan kondom dari penis gue dan memasukan penis gue ke dalam mulutnya.
Usapan lidahnya semakin membuat gue tidak sanggup menahan bendungan sperma di dalam penis gue yang berusaha untuk keluar dengan cepatnya. Lidah Chyntia dengan penuh nafsu menyapu habis seluruh permukaan penis gue dan membenamkan dalam mulutnya.

“Aku keluar sayang... AARGGGGHH” dan semburan sperma hangat dari dalam penis gue memenuhi mulut Chyntia yang langsung ia telan seketika. Dengan telaten, Chyntia membersihkan penis gue dengan mulut dan lidahnya. Terasa begitu nikmat untuk menutupi kado ulang tahun gue kali ini.
“Gimana yang? Cukup gak kado ulang tahunnya?” Tanya Chyntia sambil tersenyum dan mencubit perut gue.
“Cukup? Kuranglah. Nanti lagi kalau aku udah gak capek...” jawab gue sambil memeluk guling disamping gue.
“Huu, dasar...” Ujar Chyntia sambil berdiri dan berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Malam itu pun kita berdua habiskan dengan mengulangi hal yang sama sampai pagi. Gue pun akhirnya tahu bahwa ternyata Chyntia memiliki nafsu yang cukup tinggi. Meski begitu, gue tetap mencintai Chyntia seperti sebelumnya, tanpa ada yang berubah, justru sebaliknya semakin bertambah.

About the Author

: Kotapoker

0 comments:

Back to top ↑
Connect with Us

© 2013 Kotapoker. WP Mythemeshop Converted by Bloggertheme9
Blogger templates. Proudly Powered by Blogger.